Berkunjung ke Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur, jelas tidak lengkap rasa jika tidak berkunjung ke obyek wisata Gua Maria Kediri.
Sebuah lokasi wisata sejarah dan menjadi tempat religius yang penuh arti bagi umat Katolik. Lokasinya berada di desa Puhsarang kelurahan Semen Kecamatan Semen, Kediri. Berada sekitar 10 kilometar arah barat daya dari pusat kota.
Tempat wisata sejarah ini, disebut Gua Maria Lourdes juga sering disebut Gua Puhsarang. Saat ini, menjadi salah satu bagian penting dari kota Kediri. Yakni, sebagai icon wisata yang tentunya cukup menarik untuk di kunjung.
Tidak hanya dari pemeluk agama Katolik, daya tarik Gua Maria Kediri mampu menarik minat pengunjung dari agama lain. Untuk tujuan wisata sejarah.
Arstitek dan Keunikan Gua Maria Kediri
Goa Maria Kediri murni buatan manusia. Di dirikan atas inisiatif Romo Jan Wolters CM yang di bantu arsitek terkenal pada waktu itu Ir. Henricus Maclaine Pont pada tahun 1936. Romo Jan Wolters CM sendiri di kenal seorang misionaris yang sangat menghormati kebudayaan jawa dan mencintai orang jawa dengan segala kulturalnya.
Sementara Ir. Henricus Maclaine Pont adalah arsitek yang juga menangani pembuatan Museum Trowulan di Mojokerto yang menyimpan peninggalan kerajaan Majapahit. Goa Maria Kediri merupakan replika goa sejenis yang ada di negara perancis. Di dalam goa terdapat patung Bunda Maria yang tingginya kurang lebih 4 meter.
Gua Maria Kediri bentuknya mirip dengan Museum Trowulan yang ada di Mojokerto. Keduanya nyaris sama. Jadi, ketika melihat Goa Maria Lourdes, anda bisa membayangkan bagaimana bentuk Museum Trowulan dulu kala sebelum hancur di terpa badai pada tahun 1960-an.
Karena ke cintaaan Romo Jan Wolters CM pada jawa, Goa Maria Lourdes menampilkan arsitektur bergaya majapahit. Dimana kemudian di kombinasikan dengan arsitektur gaya daerah lain dan unsur Iman Kristiani.
Dari banyak pendapat, Goa Maria Kediri ini mempunyai bentuk bangunan yang indah dan unik. Dan tentunya lekat dengan nuansa jawa. Seperti pada bangunan Trowulan, Goa Maria juga menggunakan bahan-bahan lokal. Miclaine Pont mempekerjakan tukang-tukang yang sudah berpengalaman saat membuat museum dan juga buruh-buruh dari warga setempat.
Untuk mencapai Gua Maria tersebut kita harus berjalan kaki menyusuri jalan batu yang cukup licin. Suasana teduh langsung terasa ketika berada di lingkungan Gua Maria. Rimbun pepohonan serta lantunan doa rosario dari beberapa peziarah seketika menenangkan batin. Kesejukan oase rohani di tengah cuaca Kediri yang sangat panas.
Keberadaan Gua Maria Kediri dimulai dari kebiasaan berdoa novena bersama. Dimana kemudian akhirnya membuahkan kerinduan untuk memiliki tempat ziarah sendiri.
Gua Maria Puhsarang dirancang sebagai replika Gua Maria yang berada di Lourdes, Perancis. 2 Mei 1999. Ketika pembangunan sudah mencapai 40 % Bapak Uskup memberkati patung Bunda Maria setinggi 3,50 meter dengan harapan pada saat memasuki tahun Yubileum Agung seluruh Gua Maria sudah selesai.
Harapan pun terwujud 26 Desember 1999, Uskup Surabaya memberkati Gua Maria Lourdes Puhsarang sekaligus membuka perayaan tahun Yubileum Agung 2000 dengan pesta liturgi yang meriah dan dihadiri oleh pejabat pemerintahan setempat.
Replika patung Bunda Maria di Puhsarang lebih tinggi dari aslinya di Lourdes yang hanya 1,75 meter. Hal ini dikarenakan ukuran gua yang mencapai 18 meter.
Sebelum meninggalkan Gua Maria ada baiknya menyempatkan sejenak untuk membasuh wajah dan minum air dari 12 pancuran. Sangat menyegarkan. Jumlah pancuran tersebut melambangkan ke-12 murid Yesus.
Setelah itu, pengunjung bisa juga mengunjungi Bukit Salib Golgota tempat devosi jalan salib. Umat Katolik sangat menyukai renungan atas sengsara Yesus melalui devosi jalan salib tersebut.
Bukit Salib Golgota selesai dibangun pada tahun 2000 sebagai pelengkap sarana berdoa bagi para peziarah. Patung–patung pada setiap stasi dibuat dengan ukuran hampir menyerupai orang dewasa.
Tidak jauh dari komplek Gua Maria Kediri, juga terlihat bangunan terbuka dengan bentuk atap seperti bangunan induk Gereja Puhsarang. Masyarakat setempat menyebutkan bahwa itu adalah Ruang Pertemuan Emaus. Hal yang unik dari bangunan ini adalah terdapat relief yang menggambarkan Yerussalem dan Bukit Golgota tempat Yesus disalib.
Di dekat Emaus, terlihat Gua Maria berukuran kecil. Terdapat tulisan dalam bahasa Jawa ejaan lama berbunyi “Iboe Maria ingkang pinoerba tanpa dosa asal, moegi mangestonana kawoela ingkang ngoengsi ing Panjenenengan Dalem”. (Bunda Maria yang terkandung tanpa dosa asal, semoga berkenan merestui aku yang datang berlindung kepada Engkau).
Sayup-sayup dari kejauhan terdengar gema suara adzan, ternyata tidak jauh dari gereja berdiri sebuah masjid yang cukup besar. Keindahan lain yang ditawarkan oleh Desa Puhsarang yaitu harmonisasi kehidupan setiap penduduknya tanpa melihat perbedaan keyakinan, truly of Indonesia yang ‘In Pluribus Unum’.