Candi Setono Gedong yang berlokasi di JL. Doho, Kediri, keberadaannya begitu penting karena menjadi saksi bisu perkembangan kerajaan Kediri serta masuknya Islam ke Indonesia, jauh sebelum pedagang dari Gujarat dan Wali Songo menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
Namun sayang, sejumlah persoalan internal yang menyelimuti kawasan di sekitar candi membuat situs ini telah mengalami sejumlah perubahan. Sebagian dari bangunan yang ada mengalami perombakan dan menghilangkan nilai-nilai arkeologi yang seharusnya dipertahankan.
Meski demikian, masih banyak yang dapat dipelajari dari bangunan bersejarah ini, sehingga bagi traveller yang menyukai wisata sejarah, Candi Setono Gedong layak untuk dimasukkan ke dalam daftar kunjungan.
Latar Belakang Candi Setono Gedong
Candi Setono Gedong merupakan peninggalan Prabu Joyoboyo yang dibangun pada abad ke-12. Di dalam situs ini terdapat makam Syech Wasil Syamsuddin yang menurut Kitab Kakawin Hariwangsa merupakan guru spiritual dari Prabu Jaya Baya.
Syech Wasil Syamsuddin berasal dari Negeri Rum atau Persia yang diundang oleh Joyoboyo untuk membahas Kitab Musyarar, yaitu kitab tentang ilmu falak (perbintangan), ilmu nujum dan beberapa ilmu khusus lainnya.
Kehadiran Syech Wasil Syamsuddin untuk menjadi guru bagi Prabu Joyoboyo sekaligus menyebarkan agama Islam di tanah Jawa menjadi catatan penting, karena pada masa itu agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk Jawa adalah agama Hindu dan Buddha.
Dari puing-puing Candi Setono Gedong dapat disaksikan, betapa harmonisnya kehidupan antar-agama antara pemeluk agama Hindu, Budha serta agama Islam yang baru masuk.
Situs yang dibuka untuk umum 24 jam ini berada tepat di belakang Masjid Aulia Setono Gedong. Pengunjung yang ingin menuju ke lokasi, dapat melewati sebuah gang yang ada di Jl Doho yang letaknya berseberangan dengan persimpangan jalan yang menuju ke arah stasiun kereta api. Untuk masuk ke kawasan candi, pengunjung tidak dipungut biaya sama sekali.
Belajar Sejarah Masa Lalu di Candi Setono Gedong Kediri
Kompleks Candi diawali dengan keberadaan Gapura Padureksa yang bentuknya sudah tidak asli lagi, karena sudah dibongkar dan diganti dengan pintu gerbang. Memasuki bagian dalam, dapat dijumpai susunan batu berbentuk undakan menuju bangunan pendopo berukuran besar dengan arsitektur bergaya Joglo. Di sebelah pendopo terdapat bangunan cungkup dengan ukuran yang lebih kecil.
Kedua bangunan ini, sebenarnya merupakan bangunan baru, karena saat pertama kali ditemukan kedua bangunan tersebut masih belum ada dan hanya berupa deretan batu yang merupakan pondasi pada jaman Kerajaan Kediri.
Di atas pondasi tersebut konon dahulu akan didirikan masjid oleh para wali. Namun entah kenapa, rencana itu gagal dan materialnya digunakan untuk membangun Masjid Agung Demak serta Masjid Sang Cipta Rasa yang ada di Cirebon.
Selain itu, di lokasi candi dapat ditemui sebuah batu besar yang keempat sisinya dihiasi relief bergambar bunga teratai dengan hiasan garis-garis lengkung, sebuah pilar segi empat yang bentuknya menyerupai lingga yang letaknya di sebelah kanan batu dengan relief garuda, dan di ujung kompleks dapat dijumpai tumpukan batu berukir.
Candi Setono Gedong merupakan situs yang menyimpan banyak misteri, karena tidak ditemukan prasasti bertulis di sekitar lokasi. Hanya saja, situs ini diyakini dibangun pada Jaman Prabu Joyoboyo berdasarkan adanya batu dengan relief garuda serta sisa-sisa batu candi, termasuk adanya makam yang dipercaya sebagai makam guru spiritual Prabu Joyoboyo, yaitu Syech Wasil Syamsuddin.